Metodologi penelitian

BAB 3 tugas 2
METODE ILMIAH
Metode ilmiah yaitu cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode ilmiah merupakan proses sistematisk (bertahap) untuk mendapatkan informasi dari fenomena yang diteliti. Terutama dalam mencari data dan informasi tentang variabel-variabel yang bersangkutan sehingga kita dapat menjelaskan dengan menggunakan bahasa sendiri. Dengan adanya metode ilmiah, pertanyaan-pertanyaan dalam mencari dalil umum akan mudah terjawab seperti menjawab seberapa jauh, mengapa begitu, apakah benar dll.
Menurut Almack (1939) metode ilmiah adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran. Sedangkan ostle (1975) berpendapat bahwa metode ilmiah adalah pengejaran terhadap sesuatu untuk memperoleh sesuatu interelasi.
Kriteria Metode Ilmiah
1. Berdasarkan fakta
2. Bebas dari prasangka (bias)
3. Mengunakan prinsip-prinsip analisis
4. Menggunakan hipotesis
5. Menggunakan ukuran objektif
6. Menggunakan teknik kuantifikasi

Langkah(step) dalam metode ilmiah
Schluter (1926) memberikan 15 langkah dalam melaksanakan penelitian dengan metode ilmiah sebagai berikut
1. Pemilihan bidang,topic atau judul penelitian.
2. Mengadakan survey lapangan untuk merumuskan masalah-masalah yang ingin dipecahkan.
3. Membangun sebuah bibliografi.
4. Memformulasikan dan mendefinisikan masalah.
5. Membeda bedakan dan membuat out-line dari unsur-unsur permasalahan.
6. Mengklasifikasikan unsur-unsur dalam masalah menurut hubungannya dengan data atau bukti, baik langsung maupun tidak langsung.
7. Menentukan data atau bukti yang diperlukan sesuai dengan pokok-pokok dasar masalah.
8. Menentukan apakah data atau bukti yang diperlukan tersedia atau tidak.
9. Menguji untuk diketahui apakah masalah dapat dipecahkan atau tidak.
10. Mengumpulkan data dan keterangan yang diperlukan.
11. Mengatur data secara sistematis untuk dianalisis.
12. Menganalisis data dan bukti yang diperoleh untuk membuat interpretasi.
13. Mengatur data untuk persentase dan penampilan.
14. Menggunakan citasi, referensi, dan footnote(catatan kaki).
15. Menulis laporan.
Downing (1924) memberikan proses penelitian yang mempunyai 7 buah unsur pemiliran ilmiah yang harus dipatuhi, serta 15 buah sifat ataupun tindakan serta kualitifikasi yang harus ada agar penelitian tersebut dapat dilaksanakan secara ilmiah.
Unsur pemiliran ilmiah Sifat atau kualitifikasi
1. Observasi(pengamatan)dengan tujuan tertentu
2. Analisis sintesis
3. Mengingat dan memunculkan kembali secara selektif .
4. Hipotesis.
5. Verifikasi dengan inferensi dan percobaan.
6. Pemberian alasan.
7. Keputusan. 1. Harus tetap ekstensif
2. Harus dikerjakan dalam berjenis kondisi
3. Harus berisi unsur-unsur esensi dalam situasi problematic
4. Harus diperhitungkan kesamaan atau keragaman dengan mengingat bahaya analogi
5. Harus diberi perhatian pada pengecualian-pengecualian interpretasi harus dilakukan secara selektif
6. Memerlukan pengalaman yang luas.
7. Harus dimasukkan semua hipotesis yang mungkin.
8. Inferensi harus diuji dengan percobaan.
9. Hanya satu variabel yang dibenarkan.
10. Data harus diatur secara sistematik.
11. Keputusan yang diambil harus berdasarkan kebenaran-kebenaran data.
12. Pertimbangan harus melalui ketetapan data
13. Harus tidak mempunyai prasangka.
14. Harus tidak pribadi.
15. Harus ditunda jika data tidak mencukupi.

BAB 4 tugas 3
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah cara ilmiah dalam mengumpulkan data dengan tujuan tertentu.prosedur dalam memberikan kepada peneliti prosedur-prosedur pekerjaan yang harus dilakukan dalam suatu penelitian. Teknik penelitian mengatakan alat-alat pengukur apa yang diperlukan dalam melaksanakan suatu penelitian sedangkan metode penelitian memandu si peneliti tentang urut-urutan bagaimana penelitian dilakukan.
Penelitian dibagi oleh Crawford (1928) atas 14 jenis yaitu sebagai berikut
1. Eksperimen 8. interview
2. Sejarah 9. Questionair
3. Psikologis 10. Observasi.
4. Case study 11. Pengukuran.
5. Survey 12. Statistik
6. Membuat kurikulum. 13. Table dan grafik
7. Analisis pekerjaan. 14. Teknik perpustakaan.
Pembagian penelitian menurut Crawford diatas memakai kriteria metode(sejarah, survey, eksperimen, dll) dan teknik questionair, interview dan sebagainya yang tidak dipisahkan olehnya secara jelas.
METODE SEJARAH
Penelitian dapat kita lihat dari segi perspektif serta waktu terjadinya fenomena yang diselidiki. Metode sejarah menggunakan catatan observasi atau pengamatan orang lain yang tidak dapat di ulang-ulang kembali.
Sejarah adalah pengtahuan yang tepat terhadap apa yang terjadi. Sejarah adalah deskripsi yang terpadu dari keadaan-keadaan atau fakta-fakta masa lampau yang ditulis berdasarkan penelitian serta studi yang kritis untuk mencari kebenaran(Nevins,1933).penelitian dengan mengunakan sejarah penyelidikan yang kritis terhadap keadaan-keadaan, perkembangan, serta pengalaman dimasa lampau dan menimbang secara cukup teliti dan hati-hati tentang bukti validitas dari sumber sejarah, serta interpretasi dari sumber-sumber keterangan tersebut. Dengan demikian,tujuan dari penelitian dengan metode sejarah adalah untuk membuat rekonstruksi masa lampau secaa objektif dan sistematif dengan mengumpulkan, mengevaluasikan, serta menjelaskan dan mensintesiskan bukti-bukti untuk menegakkan fakta dan menarik kesimpulan secara tepat.metode sejarah banyak sekali dilakukan dalam memecahkan masalah. Studi masalah dalam pertanian yang menelusuri masa lampau serta relevansinya untuk masa kini dengan melihat aspek perubahan-perubahan sosial serta teknologi dapat dilakukan dengan menggunakan metode sejarah.
Cirri-ciri metode sejarah
• Metode sejarah lebih banyak menguntungkan diri pada data yang diamati orang lain dimasa-masa lampau.
• Data yang digunakan lebih banyak bergantung pada data primer dibandingkan dengan data sekunder.
• Metode sejarah mencari data secara lebih tuntas serta menggali informasi yang lebih tua yang tidak diterbitkan ataupun yang dikutip dalam bahan acuan yang standar.
• Sumber data harus dinyatakan secara difinitif, baik nama pengarang, tempat dan waktu
Sumber data pada metode sejarah yaitu
1. Remain dan dokumen
2. Sumber primer dan sekunder
Jenis-jenis penelitian sejarah yaitu
• Penelitian sejarah komparatif.
• Penelitian yuridis atau legal.
• Penelitian biografis.
• Penelitian bibliografis.

Langkah-langkah Pokok sebagai berikut
1. Definisi masalah 4. Kumpulan data 7. laporan
2. Rumuskan tujuan penelitian 5. Evaluasi data
3. Rumuskan hipotesis 6. Interprestasi dan generalisasi
METODE DESKRIPTIF
Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi,suatu system pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.tujuan penilaian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki.
Menurut whitney (1960) metode deskripsi adalah pencarian fakta dengan interprestasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta data yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari fenomena.
Ciri-ciri metode deskriptif
Secara harfiah, metode deskriptif adalah metode penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian. Sehingga metode ini berkehendak mengadakan akumulasi data dasar belaka.namun dalam pengertian metode penelitian yang lebih luas. Penelitian deskriptif mencakup metode penelitian yang lebih luas diluar metode sejarah dan eksperimental, dan secara lebih umum seing diberi nama metode survey. Kerja penelitian bukan hanya memberikan gambaran terhadap fenomena-fenomena, tetapi juga menerangkan hubungan, menguji hipotesis-hipotesis, membuat prediksi serta mendapatkan makna dan implikasi dari suatu masalah yang ingin dipecahkan.
Jenis-jenis penelitian deskriptif
Ditinjau dari jenis masalah yang diselidiki, teknik dan alat yang digunakan dalam meneliti, serta tempat dan waktu penelitian dilakukan, penelitian deskriptif dapat dibagi atas beberapa jenis, yaitu
1. Metode survey,
2. Metode deskriptif berkesinambungan (contimity deseriptive),
3. Penelitian studi kasus,
4. Penelitian analisis pekerjaan dan aktivitas,
5. Penelitian tindakan ( action research ),
6. Penelitian perpustakaan dan documenter.
Kriteria Pokok Metode Deskriptif
Metode deskriptif mempunyai beberapa kriteria pokok, yang dapat dibagi atas kriteria umum dan kriteria khusus. Kriteria tersebut adalah sebagai berikut
1. Kriteria umum
Kriteria umum dari penelitian dengan metode deskriptif adalah sebagai berikut
• Masalah yang dirumuskan harus patus, ada nilai ilmiah serta tidak terlalu luas.
• Tujuan penelitian harus dinyatakan dengan tegas dan tidak terlalu umum.
• Data yang digunakan harus fakta-fakta yang dipercaya dan bukan merupakan opini.
• Standar yang digunakan untuk membuat perbandingan harus mempunyai validitas.
• Harus ada deskripsi yang terang tentang tempat serta waktu penelitian dilakukan.
• Hasil penelitian harus berisi secara detail yang digunakan, baik dalam mengumpulkan data maupun dalam menganalisis data serta studi kepustakaan yang dilakukan.

2. Kriteria khusus
Kriteria khusus dari metode deskriptif adalah sebagai berikut
• Prinsip-prinsip ataupun data yang digunakan dinyatakan dalam nilai ( value )
• Fakta-fakta ataupun prinsip-prinsip yang digunakan adalah mengenai masalah status.
• Setiap penelitian adalah ex post facto, karena itu, tidak ada control terhadap variabel, dan penelitian tidak mengadakan pengaturan atau manipulasi terhadap variabel, variabel dilihat sebagaimana adanya.
METODE EKSPERIMENTAL
Metode eksperimental merupakan metode penelitian yang sering digunakan, lebih-lebih dalam penelitian eksakta. Eksperimen adalah observasi di bawah kondisi buatan (aetificial condition)dimana kondisi tersebut dibuat dan diatur oleh si peneliti. Dengan demikian penelitian eksperimen adalah peneliti yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap pbjek penelitian serta adanya control.
Metode eksperimen sering sekali dilakukan dalam penelitian ilmu-ilmu eksakta, namun akhir-akhir pengunaan metode eksperimen di dalam ilmu-ilmu sosial juga semakin banyak peminatnya.
Tujuan dari penelitian eksperimen adalah untuk menyelidiki ada-tidaknya hubungan sebab akibat serta beberapa besar hubungan tersebut dengan cara memberikan perlakuan-perlakuan tertentu pada beberapa kelompok ekperimental dan menyediakan control untuk pertandingan.
Ada dua hal yang membedakan penelitian deskriptif dengan penelitian eksperimental adalah sebagai berikut
1. Pada metode eksperimen terdapat control, sedangkan pada metode destriptif tidak ada control.
2. Pada metode eksperimen si peneliti mengadakan manipulasi terhadap variabel, sedangkan pada metode deskriptif, variabel yang diteliti berada dalam keadaan sebagaimana adanya.
Penelitian metode eksperimen dapat juga dibagi atas penelitian eksperimental sungguhan (true experimental) dan eksperimental semu (quasi experimental) percobaan kedua jenis metode eksperimental tersebut adalah seperti dibawah ini
Metode eksperimen sungguhan Metode eksperimen semu

Menyelidiki kemungkinan hubungan sebab-akibat dengan desain dimana secara nyata ada kelompok perlakuan dan kelompok control dan membandingkan hasil perlakuan dengan control secara ketat. Validitas internal dan eksternal cukup utuh.
Contoh :
Penelitian tentang pengaruh dua metode mengajar bahasa inggris pada II SLA sebagai fungsi dari taraf intelegensia (tinggi, sedang, rendah ) dan besarnya kelas ( besar, kecil ) dimana guru ditempatkan secara random berdasarkan intelegensia, besarnya kelas dan metode mengajar.
Penelitian yang mendekati percobaan sungguhan dimana tidak mungkin mengadakan control/memanipulasikan semua variabel yang relavan. Harus ada kompromi dalam menentukan validitas internal dan eksternal sesuai dengan batasan-batasan yang ada.
Contoh :
Penelitian untuk mengetahui pengaruh dua macam cara menghafal kata-kata asing pada 4 buah kelas SLA tingkat 1 tanpa menentukan penempatan murid-murid pada perlakuan secara random atau mengawasi waktu latihan secara cermat.

GROUNDED RESEARCH
Grounded research adalah suatu penelitian yang metodenya dicetuskan oleh glaser dan strauss (1967), yang mana penelitian dengan metode ini adalah lawan dari penelitian secara verifikasi.
Grounded research adalah suatu metode penelitian yang mendasarkan diri kepada fakta dan meggunakan analisis perbandingan bertujuan untuk mengadakan generalisasi empiris, menetapkan konsep-konsep, membuktikan teori dan mengembangkan teori dimana pengumpulan data dan analisis data berjalan pada waktu yang bersamaan.
Ciri-ciri Grounded Research
Cirri-ciri yang paling pokok dari grounded research adalah menggunakan teori sebagai sumber teori, sehingga teori yang dibangun berdasarkan logika tidak ada tempatnya dalam penganut grounded research.
METODE PENELITIAN TINDAKAN (ACTION RESEARCH)
Metode penelitian tindakan adalah suatu penelitian yang dikembangkan bersama-sama antara peneliti dan decision maker tentang variabel-variabel yang dapat dimanipulasikan dan dapat segera digunakan untuk menentukan kebijakan dan pembangunan.
Cirri utama dari penelitian tindakan adalah tujuannya untuk memperoleh penemuan yang signifikan secara operasional sehingga dapat digunakan ketika kebijakan dilaksanakan.
Tujuan penelitian tindakan
Tujuan dari penelitian tindakan berjenis-jenis, tetapi secara umum dapat diberikan tujuan-tujuan berikut
1. Untuk memperoleh keterangan yang objektif dalam rangka membenarkan kebijakan atau kegiatan yang telah dibuat.
2. Untuk memberikan keterangan yang dapat digunakan sebagai dasar untuk kegiatan dan tindakan yang akan datang.
3. Untuk membenarkan penundaan aksi, pengambilan tindakan atau tidak mengambil tindakan apapun.
4. Untuk menstimulasikan pekerja-pekerja pelaksanaan program kearah yang lebih dinamis serta lebih menggiatkan implikasi dari berbagai alat untuk mencapai tujuan.

BAB 3 tugas 4
RUMUSAN MASALAH DALAM PENELITIAN KUALITATIF
Pendahuluan
Perumusan masalah merupakan hal yang penting dalam penelitian kualitatif. Penelitian jenis apa pun titik tolaknya tidak lain bersumber pada masalah.tanpa masalah penelitian itu tidak dapat dilaksanakan.masalah itu, sewaktu akan mulai memikirkan suatu penelitian, sudah harus difikirkan dan dirumuskan secara jelas, sederhana dan tuntas.
Dalam bab ini akan membahas secara berturut-turut pembatasan masalah studi melalui focus, model rumusan masalah, analisis perumusan masalah, prinsip-prinsip perumusan masalah, diakhiri dengan cara perumusan masalah penelitian.
A. Pembatasan masalah studi melalui focus
Pada dasarnya penelitian kualitatif tidak dimulai dari sesuatu yang kosong, tetapi dilakukan berdasarkan persepsi seseorang terhadap adanya masalah. Masalah dalam penelitian kualitatif bertumpu pada sesuatu focus. Pada dasarnya penentuan masalah menurut lincon dan guba (1985:225) bergantung pada paradigma apakah yang dianut oleh seorang peneliti, yaitu apakah ia sebagai peneliti, evaluator, ataukah sebagai peneliti kebijakan.dengan demikian maka ada tiga macam masalah, yaitu masalah untuk peneliti, evaluands untuk evaluator dan pemilihan kebijaksanaan untuk peneliti kebijaksanaan.
Masalah lebih sekedar dari pertanyaan, dan jelas berbeda dengan tujuan. Masalah adalah suatu keadaan yang bersumber dari hubungan antara dua faktor atau lebih yang menghasilkan situasi yang menimbulkan tanda-tanda dan dengan sendirinya memerlukaan upaya untuk mencari sesuatu jawaban(guba,1978:44; Lincoln dan Guba, 1985:218; dan Guba Lincoln,1981:88).
Tujuan dari penelitian adalah upaya untuk memecahkan masalah. Masalah tidak sama dengan penelitian. Perumusan masalah dilakukan dengan jalan mengumpulkan sejumlah pengetahuan yang memadai dan yang mengarah pada upaya untuk memahami atau menjelaskan faktor-faktor yang berkaitan yang ada dalam masalah tersebut.

Ada dua maksud tertentu yang harus peneliti capai dalam merumuskan masalah penelitian dengan jalan memafaatkan focus. Pertama, penempatan focus dapat membatasi studi. Kedua, penetapan focus itu berfungsi untuk memenuhi kriteria inklusi-eksklusi atau kriteria masuk-keluar (inclusion-exlusion criteria) suatu informasi yang diperoleh dari lapangan. Jadi dengan penetapan focus yang jelas dan mantap, seorang peneliti dapat membuat keputusan yang tepat tentang data mana yang dikumpulkan dan mana yang akan dibuang.penempatan focus atau masalah dalam penelitian kualitatif bagaimana pun akhirnya akan dipastikan sewaktu peneliti sudah berada di area atau lapangan penelitian. Dengan demikian kepastian tentang focus dan masalah itu yang menentukan adalah keadaan dilapangan. Sebagai contoh, kuntjaraningrat, antropolog terkenal, pada mulanya ingin meneliti industry kopra rakyat didaerah pantai Utara Irian Jaya. Akan tetapi, ketika ia berada disana (1963) ternyata tidak banyak pohon kelapa yang masih produktif dan sarana angkutan serta pemasarannya sudah mundur. Oleh karena itu, ia mengalihkan perhatiannya kepada masalah hubungan kekerabatan yang renggang di irian (kuntjaraningrat dan Emmerson, ed. 1985:102).

 Pembatasan studi
Guba dan Lincoln(1981) membahas secara baik keperluan maupun kesulitan penetapan batas suatu studi.banyak penulis (burden,1979; Haris, 1980; dan Holly,1977) mengemukakan bagaimana pun pengembangan pribadi dan pengembangan professional berkaitan.Guru, misalnya, sering mengajarkan muridnya dengan pengalaman agama atau mempunyai hobi tertentu membuat mereka menjadi murid yang lebih baik. Intinya perkembangan pribadi berkaitan dengan perkembangan professional.
B. Model penulisan
 Hipotesis kerja
1. Masalah penelitian
2. Sasaran dan Metode Dasar Penelitian
C. Analisis Perumusan Masalah
Jika model-model rumusan masalah diatas dikaji, tentu saja pengkajian itu perlu didasarkan atas sejumlah patokan tertentu yaitu
 Kriteria Analisis
1. Apakah rumusan masalah tersebut telah menghubungkan duan= atau lebih hal atau faktor (definisi masalah)? Jika ya, apakah dirumuskan secara professional ataukah dalam bentuk diskusi atau gabungan keduanya?
2. Apakah rumusan masalah itu dipisahkan dari tujuan penelitian?
3. Apakah uraiannya dalam bentuk deskriptif saja atau deskriptif disertai pertanyaan penelitian, ataukah dalam bentuk pertanyaan penelitian saja?
4. Apakah uraian masalah dipaparkan secara khusus sehingga telah dapat memenuhi kriteria inklusi-eksklusi?
5. Apakah kata hipotesis kerja dinyatakan secara eksplisit dan berkaitan dengan masalah penelitian?
6. Apakah secara tegas pembatasan studi dinyatakan dengan istilah focus, secara eksplisit atau tidak, dan apakah focus itu merupakan masalah?

 Kajian dan Temuan

D. Prinsip-prinsip Perumusan Masalah
Prinsip-prinsip perumusan masalah yang disajikan disini pada dasarnya ditarik dari hasil pengkajian rumusan masalah yang telah dilakukan seperti yang diuraikan pada bagian sebelumnya.prinsip-prinsip yang disajikan disini dimaksudkan sebagai pegangan bagi para peneliti dalam rangka merumuskan masalah, dan dapat pula digunakan oleh para dosen sebagai bahan latihan bagi para mahasiswanya, prinsip yang disajikan pada dasarnya bersifat luwes, artinya dapat-tidaknya digunakan seluruh atau sebagian prinsip diserahkan kepada peneliti atau dosen sendiri untuk memanfaatkannya.
Pengajukan prinsip-prinsip perumusan masalah berikut ini pada dasarnya diuraikan secara berturut-turut sebagai berikut : Prinsip yang berkaitan dengan teori dari dasar, hubungan masalah dengan unsur-unsur penelitian lainnya, dan segi-segi praktis dalam hubungan dengan penyusunan masalah.
1. Prinsip yang Berkaitan dengan Teori Dari Dasar
Peneliti hendaknya senantiasa menyadari bahwa perumusan masalah dalam penelitiannya didasarkan atas upaya menemukan teori dasar sebagai acuan utama. Dengan demikian berarti bahwa masalah sebenarnya terletak dan berada ditengah-tengah kenyataan, fakta atau fenomena. Jadi perumusan masalah disini sekedar arahan, bimbingan atau acuan pada usaha untuk menemukan masalah yang sebenarnya. Masalah yang sesungguhnya baru akan dapat dirumuskan apabila peneliti sudah berada dan mulai, bahkan sedang mengumpulkan data.

2. Prinsip yang berkaitan dengan maksud perumusan masalah
Pada dasarnya inti dari penelitian kualitatif terletak pada upaya penemuan dan penyusunan teori baru lebih dari sekedar menguji,mengkonfirmasikan atau verifikasi suatu teori yang sedang berlaku. Perumusan masalah disini bermaksud menunjang upaya penemuan dan penyusunan teori substantive, yaitu teori yang bersumber dari data. Penemuan teori baru lebih dari sekedar menguji teori yang sedang berlaku.
Hal itu berarti tetap memungkinkan peneliti yang ingin merumuskan masalah dengan maksud menguji suatu teori dengan menyadari segala macam kekurangan akibat tindakannya. Kemudian perlu dikemukakan bahwa masalah yang dirumuskan dan mungkin disempurnakan akan berfungsi sebagai patokan untuk keperluan mengadakan analisis data dan kemudian menjadi hipotesis kerja, yaitu teori yang akan ditemukan.
Dengan demikian melalui prinsip ini rumusan masalah dalam usaha penelitian barangkali akan menjadi duan kali atau lebih mengalami perubahan dan penyempurnaan. Itulah salah satu cirri khas dari penelitian kualitatif yang memang bersifat luwes, longgar, dan terbuka.
3. Prinsip hubungan faktor
Focus sebagai sumber masalah penelitian merupakan rumusan yang terdiri atas dua atau lebih factor yang menghasilkan tanda-tanda atau kebinggungan. Faktor-faktor itu dapat berupa konsep, peristiwa, pengalaman atau fenomena. Definisi tersebut dapat mengarahkan kita pada tiga aturan tertentu yang perlu dipertimbangkan oleh peneliti pada waktu merumuskan masalah tersebut yaitu
1. Adanya dua atau lebih faktor ;
2. Faktor-faktor itu dihubungkan dalam suatu hubungan yang logis atau bermakna;
3. Hasil pekerjaan menghubungkan tadi serupa suatu keadaan yang menimbulkan pertanyaan atau hal yang membinggungkan

4. Focus sebagai Wahana untuk Membatasi Studi
Seorang peneliti pasti memiliki orientasi teori atau paradigmnya sendiri, baik berdasarkan pengetahuan sebelumnya ataupun berdasarkan pengalaman. Penelitian kualitatif bersifat terbuka, artinya tidak mengharuskan penelitian menganut suatu orientasi teori atau paradigma tertentu.
5. Prinsip yang Berkaitan denga Kriteria Inklusi-Ekslusi
Yang dimaksud dengan posisi adalah kedudukan untuk rumusan masalah diantara unsur-unsur penelitian lain. Unsur-unsur penelitian lain yang erat kaitanya dengan perumusan masalah ialah latar belakang masalah, tujuan, dan acuan teori dan metode penelitian.
Prinsip posisi menghendaki agar rumusan latar belakang penelitian didahulukan karena latar belakanglah yang memberikan ancang-ancang dan alasan diadakannya penelitian.
6. Prinsip yang Berkaitan dengan Bentuk dan Cara Perumusan Masalah
Contoh-contoh perumusan masalah yang telat disajikan ternyata menawarkan tiga bentuk perumusan masalah, yaitu 1. Cara diskusi. 2. Secara poposisional. 3. Secara gabungan.
7. Prinsip sehubungan dengan posisi perumusan masalah
Yang dimaksud dengan posisi adalah kedudukan untuk rumusan masalah di antara unsur-unsur penelitian lainnya. Unsur-unsur penelitian lainnya yang berkaitan erat dengan rumusan masalah ialah latar belakang masalah, tujuan dan acuan teori dan matode penelitian.
Prinsip posisi menghendaki agar rumusan latar belakang penelitian didahulukan karena latar belakanglah yang memberikan ancang-ancang dan alasan di adakannya penelitian. Prinsip lainnya ialah hendaknya rumusan masalah disusun terlebih dahulu, baru tujuan penelitian karena tujuan penelitian pada dasarnya akan berusaha memecahkan dan menjawab pertanyaan pada masalah penelitian itu. Prinsip berikut menghendaki agar sebaiknya rumusan masalah dipisahkan dari rumusan tujuan, hal itu jangan diartikan bahwa keduanya tidak dapat dilakukan. Prinsip terakhir menghendaki sebaiknya agar rumusan masalah dipisahkan dari metode penelitian karena perbedaan fungsi keduanya yang cukup mencolok.
8. Prinsip yang Berkaitan dengan Hasil Penelaahan Kepustakaan
Penelitian baru atau penelitian yang belum berpengalaman sewaktu mengadakan penelitian tampaknya cenderung mengabaikan penelaahan kepustakaan data rumusan masalah. Pada dasarnya rumusan masalah tidak dapat dipisahkan dari hasil penelaahan kepustakaan yang berkaitan. Hal tersebut diperlukan untuk mempertajam rumusan masalah itu sendiri walaupun masalah yang sesungguhnya bersumber dari data itu sendiri. Selain itu penelaahan kepustakaan tersebut mengarahkan serta membimbing peneliti untuk membentuk kategori substanstif walaupun perlu diingat bahwa kategori substantive seharusnya bersumber dari data. Prinsip yang perlu dipegang oleh peneliti ialah bahwa peneliti perlu membiasakan diri agar dalam merumuskan masalah, ia senantiasa disertai dengan penelaahan kepustakaan yang berkaitan.

9. Prinsip yang Berlaku dengan Penggunaan Bahasa
Perumusan masalah dilakukan pada saat mengajukan usulan penelitian di ulangi kembali pada waktu menulis laporan karena rumusan masalah merupakan salah satu unsur penelitian yang tidak dapat dipisahkan dari unsur-unsur lainnya. Ketika merumuskan masalah, hendaknya peneliti mempertimbangkan ragam pembacanya sehingga rumusan masalah yang diajukan dapat disesuaikan dengan tingkat kemampuan menyimak pembacanya.dengan kata lain, penulisan rumusan masalah harus disesuaikan tingkat keumumannya para pembaca.

E. Langkah-Langkah Penemuan Muasalah
Adapun langkah-langkah perumusan masalah adalah seperti berikut
1. Tentukan focus penelitian
2. Cari berbagai kemungkinan faktor yang ada kaitan dengan focus tersebut yang dalam hal ini dinamakan subfokus.
3. Dari antara faktor-faktor yang terkait adakan pengkajian mana yang sangat menarik untuk ditelaah, kemudian tetapkan mana yang dipilih.
4. Kaitkan secara logis faktor-faktor subfokus yang dipilih dengan fokus penelitian

Tinggalkan komentar